Hewan tikus adalah merupakan salah satu hama utama yang sering menimbulkan kerugian besar bahkan hingga gagal panen dalam budidaya tanaman padi sawah.
Hewan tikus sawah bisa berkembang biak mulai pada saat umur 1,5 bulan hingga 5 bulan. Setelah berkembang biak, masa kehamilan hewan tikus membutuhkan waktu 21 hari. Seekor tikus betina mampu melahirkan rata-rata 6 ekor anak hingga 10 ekor anak setiap kali melahirkan dan hewan tikus mampu berkembang biak lagi dalam waktu dua hari setelah melahirkan serta dapat hamil sambil menyusui dalam waktu yang bersamaan.
Reproduksi hewan tikus dari 1 pasang tikus bisa mencapai kurang lebih 1.200 ekor turunan pertahun, suatu perkembangan yang sangat fantastis dan sangat berbahaya jika tidak dilakukan tindakan pengendalian terhadap hewan ini.
Banyak tindakan cara pengendalian hama tikus yang telah dilakukan selama ini oleh pelaku utama, mulai dari gerakan gropyokan pada awal tanam, sanitasi dan pengumpanan pada saat penanaman atau masa pertanaman padi berlangsung. Akan tetapi hama tikus masih tetap saja merajalela menyerang tanaman padi. Oleh sebab itu dalam pengendalian hama tikus diperlukan strategi yang benar dan efektif, sehingga populasi hama tikus selalu berada pada tingkat yang tidak menimbulkan kerugian secara ekonomis.
Karena selama ini pengendalian hama tikus pada umumnya baru dilaksanakan setelah adanya tanda-tanda serangan hama tikus pada pertanaman. Bagi para petani yang tergabung dalam Subak Antosari, Subak Tiying Gading, Ds. Tiying Gading, Kec. Selemadeg Barat dan Subak Aseman, Ds. Megati, Kec. Selemadeg Timur melakukan pengendalian dengan menggunakan Rodentisida Antikoagulan (Petrakum), dengan prinsip racuni hewan tikus sebelum berkembang.
Prinsip tersebut dilakukan melalui tindakan pengumpanan dan ternyata menunjukkan hasil yang cukup bagus dalam menekan perkembangan hama tikus.
Pengumpanan rodentisida antikoagulan dengan konsep stop reproduksi dengan racun tersebut dilakukan mulai dari tahap pengolahan lahan hingga tanaman padi keluar malai. Pengumpanan pada saat masa olah tanah hingga masa pesemaian bertujuan untuk meracuni hama tikus yang berada di sekitar lingkungan sawah dan mengetahui persembunyian hama tikus, selanjutnya pengumpanan pada masa fase vegetative saat umur 0 hst hingga 55 hst, bertujuan untuk meracuni hama tikus yang berhasil masuk ke hamparan lahan sawah dan pengumpanan pada masa fase primordia umur 56 hst hingga 90 hst, hal tersebut bertujuan untuk menekan reproduksi hama tikus yang ada di hamparan sawah.
Strategi dan teknis pengumpanan dengan rodentisida antikoagulan selama masa pertanaman padi dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Pada masa pengolahan lahan dan pembuatan pesemaian, pengumpanan dilakukan disetiap sisi hamparan sawah dengan masing-masing 3 titik hingga 4 titik, dengan interval satu minggu sekali. Penempatan umpan bisa menggunakan potongan bambu, sehingga jika ada hujan, air tidak mengenai umpan.
Pada fase vegetative pada saat umur 0 hst hingga 55 hst pengumpanan dilakukan didalam hamparan sawah dengan jarak 50 m2 (20 titik/ha), dengan interval setiap 14 hari sekali dan menambahkan umpan yang sudah dimakan
Fase Generatif, pengumpanan dilakukan didalam hamparan sawah dengan jarak setiap 25 m2 (40 titik/ ha), dengan frekuensi pengumpanan 14 hari sekali dan menambahkan umpan setiap umpan yang sudah dimakan.
|
Cara Pengendalian Hama Tikus Pada Tanaman Padi Sawah dengan Rodentisida Antikoagulan |
Hal penting lainnya yang harus diperhatikan dalam pengumpanan ialah pemantauan populasi hama tikus yang bertujuan untuk menentukan tempat atau lokasi peletakan umpan yang bisa dilakukan dengan cara melihat adanya sarang aktif, melihat jejak telapak kaki dan ekor hama tikus, mendengar suaranya dan melihat jalan tikus yang sering dilaluinya.
Perlu diingat juga supaya hati-hati dalam persiapan dan pemasangan umpan supaya tidak ada kontak langsung dengan tangan atau tubuh lainnya, karena penciuman hama tikus sangat peka oleh karena itu sebaiknya dalam pemasangan umpan sebaiknya menggunakan slop tangan.
Kebutuhan sarana umpan dalam 1 musim tanam dengan menerapkan strategi pengumpanan ini kurang lebih 2 kg. Harga rodentisida (petrokum) dipasaran ialah Rp. 65.000,-/kg, sehingga untuk satu hektar lahan mengeluarkan biaya sebesar Rp. 130.000,-/musim tanam.
Suatu biaya yang relatif cukup murah jika dibandingkan dengan dampak yang dapat ditimbulkan jika hama tikus ini tidak dikendalikan. Strategi pengumpanan ini akan lebih efektif jika dilaksanakan secara meluas pada seluruh subak dan dilaksanakan secara serentak, sehingga untuk meminimalisir kerugian akibat serangan hama tikus dapat kita wujudkan
Sumber: I Made Widiada, I Gede Yudiarsa Putra, STP, Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan, Bali
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus